Media Untuk Pembelajaran Anda

Media Referensi dan Pembelajaran yang disajikan secara menarik dan mempunyai keilmuan yang tidak di ragukan lagi keberadaanya - Junaidi Pandanwangi Soko - Tuban - Jawa Timur 085257958985.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Media Sarana Pembelajaran

Media Referensi dan Pembelajaran yang disajikan secara menarik dan mempunyai keilmuan yang tidak di ragukan lagi keberadaanya - Junaidi Pandanwangi Soko - Tuban - Jawa Timur 085257958985.

Sabtu, 05 Juni 2010

CERITA SERU


Alkisah, seorang anak yang mengalami cacat tubuh dari lahir. Kondisi fisiknya sejak kecil hingga saat berusia 15 tahun ini sangatlah lemah. Berjalan pun harus menggunakan penyangga tubuh bahkan kursi roda selalu dipersiapkan disekitarnya bila tubuhnya tidak lagi memiliki kekuatan untuk melakukan aktivitas.

Walaupun begitu, si pemuda kecil itu tidak pernah menampakkan raut muka yang sedih. Senyuman selalu menyungging di setiap kata-kata yang terlontar dari bibirnya. Mereka sekeluarga saling menyayangi dan bergantian memberi dukungan baik fisik maupun semangat.

Di suatu senja, saat berdua menikmati matahari kembali keperaduan, si kakak membuka pembicaraan, "Dik, kita berandai-andai nih, kalau bisa atau kalau boleh memilih atau kalau ada yang Kamu inginkan dan ada yang mau memberi. Apa yang ingin Kamu rubah di kehidupanmu sekarang?"

Sambil tersenyum santai si adik menjawab "Tidak ada." "Jangan buru-buru menjawab. Pikir baik-baik dulu. Jika Kamu diperbolehkan merubah, apapun itu, apa yang ingin Kamu rubah?" Si kakak penasaran mengulang pertanyaan yang sama. "Tidak ada kaaak! Tidak ada yang ingin aku rubah. Dan mengapa aku harus merubahnya?" Tanyanya balik.

"Kamu tidak ingin bisa berjalan sendiri? Kamu tidak ingin terlepas dari tongkat penyanggamu dan kursi roda itu?" balas si kakak dengan nada sengit. "Akh tidak mau. Dengan tongkat penyangga dan kursi roda ini, aku tidak perlu capek berjalan dan mengantri dimana pun. Hehehe. Kakak sendiri tahu kan, aku sudah bisa bermain bola dari kursi roda dan teman-temanku juga senang bermain denganku. Pokoknya tidak ada apapun yang ingin aku rubah!" serunya nyaring.

Setelah berdiam beberapa saat, si adik meneruskan bicaranya, "Kak, jangan marah dulu ya. Sungguh kak, tidak ada yang ingin aku rubah di kehidupanku sekarang, karena aku tahu dan sadar, aku tidak mungkin bisa merubah kondisi tubuhku yang lemah ini. Tetapi aku bahagia dan sangat bersyukur yaitu memiliki ayah, ibu, dan kakak yang sangat mencintaiku. Memiliki keluarga dan teman-teman yang baik, telah lebih dari cukup dari yang bisa aku harapkan. Dan aku tidak ingin merubah semua ini dan menggantikannya dengan apapun." Segera si kakak berbalik dan memeluk adiknya sambil berbisik sayang "Terima kasih dik, kakak selalu menyayangimu."

Pembaca yang budiman,

Banyak orang menderita kehidupannya karena tidak mampu menikmati apa yang telah diperolehnya. Tetapi selalu mencari dan menginginkan sesuatu di luar jangkauannya, merasa sukses itu ada di sana bukan berada di sini.

Maka berbahagialah orang yang mampu menerima keadaan hari ini apa adanya, tanpa mengerutu, mengeluh, dan tanpa kasihan pada diri sendiri. Mampu menerima keadaan yang tidak bisa dirubah dengan iklas dan rasa syukur itulah jiwa besar yang harus kita kembangkan di dalam mengarungi kehidupan ini agar kita tetap mantap dan tegar dalam menatap hari depan.

Kita tersenyum saat kita maju dan sukses itu adalah hal biasa namun bisa tetap tersenyum di saat kita di rundung ketidakberuntungan, itu barulah luar biasa! Itulah kekayaan hidup. Itulah pemenang sejati!

BANGKITLAH PARA PEMUDA INDONESIA


Hari ini, tanggal 28 Oktober kita kembali memperingati Hari Sumpah Pemuda. Tepat 80 tahun silam, beberapa pemuda dari berbagai golongan mencetuskan sumpah yang hingga kini, hampir kita semua menghapalinya. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, itulah inti sumpah yang dianggap sebagai batu pancang persatuan bangsa yang kemudian mengantarkan Indonesia merdeka 17 tahun sesudahnya, yakni pada tahun 1945.

Pemuda memang harapan bangsa. Apalagi, jika ditilik lebih jauh ke belakang, Kebangkitan Nasional pun sebenarnya juga dipelopori oleh generasi muda, yang kala itu tergabung melalui organisasi Boedi Oetomo. Kini, 100 tahun pasca Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda, patut dipertanyakan apa peran para pemuda kali ini?

Reformasi tahun 1998 bisa dikatakan sebagai salah satu simbolisasi gerakan pemuda demi kebangkitan bangsa. Sayangnya, tak banyak perubahan yang terjadi pascakrisis moneter yang melanda beberapa bangsa di dunia. Saat negara lain-termasuk negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand-telah kembali pulih, bangsa ini sepertinya tak kunjung menemui jalan terang. Kalaupun ada sejumlah hal yang mengalami peningkatan, seperti pemberantasan korupsi atau menurunnya angka kemiskinan, hal itu belumlah terlalu signifikan dampaknya bagi kebangkitan bangsa. Lantas, apa sebenarnya yang membuat bangsa kita seolah tak segera mampu bangkit seperti bangsa lainnya?

Barangkali, satu survei yang baru-baru ini dilakukan oleh harian Media Indonesia bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dari sekitar 480 responden pemuda yang tersebar di enam kota besar, Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makasar, menyebut bahwa orang Indonesia cenderung malas bekerja. Jumlah yang meyakini orang Indonesia sebagai golongan pemalas mencapai 58,3 persen. Sedangkan yang menyebut orang Indonesia rajin hanya 33,8 persen, dan sisanya mengaku tidak tahu. Jika benar hitungan ini, sungguh merupakan hal yang sangat merugikan kita sebagai bangsa yang besar, subur, dan kaya raya ini.

Sikap malas merupakan salah satu bentuk kemiskinan mental yang akan membuat kita terpuruk dalam jurang ketakberdayaan. Sebaliknya, sikap rajin akan mempercepat langkah untuk segera bangkit dari keterpurukan. Dan ini dibuktikan oleh beberapa negara yang sudah bangkit dari krisis seperti Korea Selatan. Di negeri ginseng itu budaya kerjanya sudah sangat cepat, teratur, disiplin, dan jauh dari kesan pemalas.

Memang, meski hasil survei tersebut tak bisa dikatakan mewakili hal sesungguhnya, tapi setidaknya angka-angka itu menjadi cerminan diri kita sebagai bangsa. Dan, seharusnya pula hal itu bisa kita jadikan sarana evaluasi bersama. Sudahkah kita, sebagai pribadi, punya sikap kaya mental? Sudahkah kita sebagai pemuda harapan bangsa, tak lagi memiliki sikap suka menunda-nunda? Sebab, hanya dengan memulai dari diri sendirilah kita akan mampu bangkit.

Karena itulah, menyambut peringatan Sumpah Pemuda ke-80 ini, mari kita kembangkan sikap kaya mental pada diri masing-masing. Gali dan terus kembangkan potensi demi kemajuan diri dan bangsa Indonesia.

Bosan kita menderita! Saatnya bersama, bersatu bangun Indonesia!!!

BELAJARLAH MENGHARGAI ORANG LAIN


Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, "Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata "tolong", setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan "maaf", saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "terima kasih" kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin."

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.



Pembaca Yang Budiman,

Tiga kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkankata-kata pendek seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan.Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.

KASIH IBU TIADA TARA


Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering meratapi nasibnya memikirkan anaknya yang mempunyai tabiat sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mabuk, dan melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya. Ia selalu berdoa memohon, "Tuhan, tolong sadarkan anak yang kusayangi ini, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Tetapi, si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.

Suatu hari, dia dibawa kehadapan raja untuk diadili setelah tertangkap lagi saat mencuri dan melakukan kekerasan di rumah penduduk desa. Perbuatan jahat yang telah dilakukan berkali-kali, membawanya dijatuhi hukuman pancung. Diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan di depan rakyat desa keesokan harinya, tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu membuat si ibu menangis sedih. Doa pengampunan terus dikumandangkannya sambil dengan langkah tertatih dia mendatangi raja untuk memohon anaknya jangan dihukum mati. Tapi keputusan tidak bisa dirubah! Dengan hati hancur, ibu tua kembali ke rumah.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat telah berkumpul di lapangan pancung. Sang algojo tampak bersiap dan si anak pun pasrah menyesali nasib dan menangis saat terbayang wajah ibunya yang sudah tua.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun setelah lewat lima menit dari pukul 06.00, lonceng belum berdentang. Suasana pun mulai berisik. Petugas lonceng pun kebingungan karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tibatiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Seluruh hadirin berdebar-debar menanti, apa gerangan yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul dan menggantikannya dengan kepalanya membentur di dinding lonceng.

Si ibu mengorbankan diri untuk anaknya. Malam harinya dia bersusah payah memanjat dan mengikatkan dirinya ke bandul di dalam lonceng, agar lonceng tidak pernah berdentang demi menghindari hukuman pancung anaknya.

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung menyaksikan tubuh ibunya terbujur bersimbah darah. Penyesalan selalu datang terlambat!

Pembaca yang budiman,

Kasih ibu kepada anaknya sungguh tiada taranya. Betapun jahat si anak, seorang ibu rela berkorban dan akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Maka selagi ibu kita masih hidup, kita layak melayani, menghormati, mengasihi, dan mencintainya. Perlu kita sadari pula suatu hari nanti, kitapun akan menjadi orang tua dari anak-anak kita, yang pasti kita pun ingin dihormati, dicintai dan dilayani sebagaimana layaknya sebagai orang tua.

Bila hidup diantara keluarga ataupun sebagai sesama manusia jika kita bisa saling menghargai, menyayangi, mencintai, dan melayani, niscaya hidup ini akan terasa lebih indah dan membahagiakan.

KEKUATAN BERSYUKUR


Dikisahkan, ada seorang pemuda mendatangi pamannya yang berhasil menjadi pengusaha sukses. Dia ingin tahu, apa rahasia di balik sukses pamannya menjalankan beragam bisnis yang dimilikinya. Pamannya memang terhitung sangat mumpuni dalam berbagai bidang usaha. Ia di antaranya menjadi pemilik beberapa gerai berlisensi, distributor besar besi baja, pengusaha ekspor impor produk retail. Ia bahkan juga sukses menjadi seorang investor saham yang sangat piawai dan memiliki berbagai investasi yang menjanjikan.

"Paman, bolehkah aku bertanya?"

Sang paman pun tersenyum kepada keponakannya, "Apa yang bisa Paman tahu, pasti akan Paman jawab semua pertanyaanmu."

Si pemuda lantas meneruskan pertanyaannya, "Saya sangat kagum pada keberhasilan Paman. Kalau boleh tahu, apa rahasia sukses Paman hingga memiliki beragam bisnis yang berbeda, tapi rata-rata bisa sukses seperti saat ini? Padahal, saya tahu bahwa pendidikan Paman tidak cukup tinggi, bahasa Inggris pun belepotan. Hebatnya, saya lihat sendiri, orang-orang yang bekerja sama dengan Paman rata-rata justru berpendidikan jauh di atas Paman. Bagaimana bisa begitu paman? Saya benar-benar ingin tahu dan belajar dari Paman," ungkap si keponakan.

"Hahaha, paman sih hanya mengandalkan insting dan berkat Tuhan," jawab si paman sambil tertawa lebar.

Mendapat jawaban yang kurang memuaskan, si pemuda langsung mencecar dengan pertanyaan, "Insting? Apa maksud Paman? Berkat Tuhan? Kenapa Tuhan bisa memilih Paman untuk diberkati?"

"Begini, pertama-tama, jujur paman akui bahwa pamanmu ini memang tidak berpendidikan formal, tetapi bukan tidak terdidik. Justru karena pendidikan paman rendah, paman memulai segala sesuatu melalui jalur trial and error. Dan, jika dihitung dengan uang, pendidikan yang paman tempuh biayanya sungguh sangat besar. Sama dengan biaya di sekolah formal, malahan bisa-bisa lebih mahal. Orang tahunya paman yang sukses hari ini. Orang mungkin tidak pernah tahu berapa kali paman jatuh bangun mendirikan bisnis ini. Pengalaman mengajarkan, tidak peduli berapa kali kita jatuh, pastikan bangun lagi! Akhirnya paman pun berhasil menguasai ‘know how' bisnis dengan baik. Dan, setelah paman berhasil menanamkan fondasi dan mulai merangkak naik, juga tidak lantas berpuas diri. Ingat, semakin tinggi pijakan kita, angin pun semakin kencang dan selalu berubah arah. Maka di dunia usaha yang terus berubah, kita harus pandai-pandai belajar membaca arah dan perubahan angin. Setelah itu, barulah mengatur bagaimana manajemen yang baik dan mendelegasikan pekerjaan melalui anak-anak muda yang berpendidikan tinggi seperti kamu," terang paman panjang lebar.

Si pemuda tampak memerhatikan dengan serius semua ucapan sang paman. Ia kemudian menyela, "Lantas, bagaimana Paman menyebut bahwa diri Paman diberkati Tuhan?"

"Tuhan memberi berkat kepada setiap manusia. Tergantung Kita yang menerima, bagaimana mengelola, memanfaatkan, dan mengembangkan berkat itu dengan kemampuan kita yang luar biasa! Maka, paman selalu percaya, berkat Tuhan selalu tersedia untuk paman! Bagaimana, puas dengan pelajaran hari ini?" sebut paman masih dengan senyuman hangatnya.

"Terima kasih Paman. Saya berjanji akan belajar mengelola berkat seperti yang telah Paman lakukan. Tolong jangan bosan mengajarisaya ya paman".


Pembaca yang budiman,

Kalau kita mampu menyadari dengan benar sesungguhnya berkat ada di mana-mana, maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak berjuang mewujudkan berkat itu menjadi sebuah manfaat.

Namun, semua itu tergantung bagaimana kita mengerti dan mengembangkan di jalan yang benar dan baik. Sebagai manusia, tien sen wo cai pik yu yung, kita dilahirkan di dunia ini pasti ada gunanya.
Kalau manusia sudah memiliki pemahaman tentang keberadaannya, maka akan muncul keyakinan bahwa kita semua mempunyai hak untuk sukses,"Success is My Right!" Dengan demikian, setiap hari kita akan mampu mensyukuri setiap apapun yang kita teriam. Dan, utamanya lagi, kita juga akan selalu penuh senyum menatap hari depan dengan semangat dan optimis.

Salam sukses luar biasa!!!