Sabtu, 01 Agustus 2009

Kisah Keluarga Semut

Setiap hari Umar berangkat sekolah melewati halaman rumah di seberang jalan. Dalam perjalanannya ia selalu menunggu di sana untuk beberapa saat. Temannya yang sangat baik tinggal di dalam taman itu. Tak seorangpun tahu siapakah teman ini, tetapi Umar sangat menyayanginya. Umar tidak pernah lupa untuk mengunjungi temannya, dan sangat senang bersahabat dengannya. Lagi pula, temannya ini lebih pandai dari siapapun juga. Meskipun tubuhnya sangat kecil, teman Umar ini mampu melakukan berbagai pekerjaan penting. Ia juga sangat rajin bekerja. Ia melakukan seluruh pekerjaannya dengan sangat baik dan tepat waktu, seolah-olah ia adalah seorang prajurit dalam angkatan bersenjata. Kendatipun ia tidak bersekolah sebagaimana Umar, ia mampu melakukan berbagai macam kewajiban-kewajiban yang harus ia lakukan dalam hidupnya.
Tentunya engkau bertanya-tanya, siapakah teman mungil ini?
Teman rahasia Umar adalah seekor semut kecil, yang dapat melakukan berbagai pekerjaan yang menakjubkan.
Engkau mungkin belum pernah mendengar betapa terampil dan pandainya semut-semut itu. Beberapa di antara kamu bahkan mungkin menganggap mereka sebagai serangga-serangga sederhana yang berkeliaran sepanjang hari tanpa melakukan pekerjaan apapun. Akan tetapi jika ada di antara kalian yang beranggapan demikian, maka kalian telah keliru. Sebab semut, seperti halnya makhluk hidup yang lain, juga memiliki cara hidupnya sendiri.
Umar berkesempatan untuk mempelajari seluk-beluk kehidupan semut dari temannya, sang semut. Inilah yang menyebabkan mengapa Umar tidak pernah lupa mengunjungi temannya dan sangat senang bercakap-cakap dengannya.
Umar sangat takjub dengan hal-hal yang ia pelajari dari temannya tentang dunia semut. Dia ingin berbagi segalanya yang ia pelajari dengan orang lain tentang ketrampilan, kepandaian dan semua kemampuan luar biasa yang dimiliki teman kecilnya itu.
Lalu, apakah yang membuat Umar begitu gembira? Mengapa ia begitu terpesona dengan dunia semut? Engkau pasti bertanya-tanya mengapa.
Semut memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dari kebanyakan makhluk hidup lain di dunia ini. Untuk setiap 700 juta semut yang lahir di dunia ini, hanya ada 40 bayi manusia baru. Dengan kata lain, jumlah semut di dunia lebih banyak dibandingkan jumlah manusia.
Keluarga semut juga sangat besar. Sebagai contoh, engkau mungkin mempunyai keluarga beranggotakan 4-5 orang. Sebaliknya, dalam satu keluarga semut, kadang terdapat jutaan semut. Sekarang coba pikirkan barang sejenak: jika engkau memiliki kakak dan adik laki-laki ataupun perempuan dengan jumlah jutaan, dapatkah kalian hidup dalam satu rumah? Tentu saja tidak!
Beberapa keluarga semut melakukan pekerjaan layaknya tukang jahit, sebagian yang lain bercocok tanam seperti petani, dan bahkan sebagian lagi ada yang memiliki peternakan-peternakan kecil dimana mereka memelihara beberapa binatang yang lebih kecil. Sebagaimana manusia yang mengembangbiakkan sapi dan mengambil susunya, semut juga beternak kutu tanaman kecil (afid) dan memanfaatkan susunya.

Semut penganyam adalah penjahit yang terampil. Mereka menggabungkan dedaunan dengan menariknya dari kedua sisi dan menjahit dedaunan tersebut. Dengan cara ini, mereka membuat rumah yang nyaman bagi mereka sendiri.

Sekarang marilah kita dengarkan kisah Umar tentang dunia semut.
Umar: Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku melihat kepalanya yang mungil muncul dari dalam tanah. Kepalanya menarik perhatianku, sebab ukurannya sedikit lebih besar daripada tubuhnya. Aku heran mengapa kepalanya sebesar itu dan mulai mengamati temanku yang mungil ini. Kepala besar pada tubuhnya yang mungil membantu dalam tugasnya sebagai penjaga di pintu masuk sarangnya. Apakah kalian ingin tahu ‘bagaimana’ caranya? Ia melakukannya dengan memeriksa apakah semut-semut yang memasuki sarangnya termasuk anggota keluarganya atau bukan, dan tidak mengizinkannya masuk jika bukan termasuk keluarganya.
Semut penjaga pintu menjaga sarang. Mereka menjalankan tugas ini dengan sangat baik. Semut – semut lain juga bekerja dengan sangat rajin. Mereka semuanya melakukan pekerjaan sarangnya, segera setelah melihatnya, aku menemuinya dan bertanya apa yang sedang terjadi di dalam sarang. Temanku yang mungil mengerti rasa ingin tahuku, dan mulai bercerita kepadaku. Yang paling membuatku penasaran adalah bagaimana semut-semut berkepala besar mengenali teman-teman serumah mereka dan membiarkannya masuk ke sarang.

Semut :Umar, pertama-tama aku hendak mengatakan kepadamu bahwa kami menyebut keluarga kami sebagai ‘koloni’. Dengan kata lain, kami hidup dalam masyarakat yang disebut koloni. Seekor semut dapat dengan mudah mengatakan apakah seekor semut lain termasuk anggota koloninya atau bukan. Ia melakukannya dengan cara menyentuh tubuh semut lain tersebut dengan antenanya (batang kecil tipis yang menjulur keluar dari bagian atas kepala semut), yang membantunya mengenali semut-semut asing melalui ‘bau koloni’ yang mereka miliki.. Jika semut tersebut ternyata asing, maka kami tidak akan mengizinkannya memasuki rumah kami. Bahkan terkadang kami harus menggunakan kekuatan untuk memaksa mereka pergi.

Semut sangat rajin bekerja.
Semut “berbicara” satu sama lain dengan cara saling menyentuh.

Semut tidak menghendaki makhluk atau semut asing masuk ke dalam sarangnya, sebab ini akan mengancam keamanan mereka. Mereka tak segan bertempur untuk melindungi sarang dan teman-teman mereka.
Umar kagum setelah mendengarkan tentang sistim keamanan mereka yang sempurna dan bertanya-tanya bagaimana mungkin binatang-binatang asing yang mencoba memasuki sarang tersebut akan berani melakukannya. Ketika Umar menyampaikan apa yang dipikirkannya ini kepada temannya, ia tersenyum kepada Umar dan mengatakan bahwa masih banyak hal lain yang akan membuat Umar takjub.
Kemudian semut berkata: “Sekarang akan kujelaskan kepadamu tentang bagian dalam sarang kami yang kau sangat ingin ketahui. Koloni kami terdiri atas ratu semut, semut pejantan, semut prajurit, dan semut pekerja.”
Ratu semut dan semut pejantan menjaga kelestarian jenis kami. Ratu semut berukuran lebih besar dari yang lain. Tugas para semut pejantan adalah menjadikan sang ratu melahirkan bayi-bayi semut baru. Para prajurit bertanggung jawab melindungi koloni kami, berburu, dan menemukan tempat-tempat baru untuk membangun sarang. Kelompok terakhir terdiri dari semut-semut pekerja. Seluruh semut pekerja adalah semut betina yang mandul. Dengan kata lain, mereka tidak dapat melahirkan bayi-bayi semut. Mereka menjaga ratu semut serta bayi-bayinya, dan membersihkan serta memberi makan mereka. Selain itu, mereka juga melakukan pekerjaan-pekerjaan lain di dalam koloni. Mereka membangun gang-gang baru di dalam sarang, mencari makanan, dan membersihkan sarang. Di antara para semut pekerja dan prajurit juga terjadi pembagian lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Di antara mereka terdapat kelompok peternak, kelompok pembangun sarang dan kelompok pencari makanan. Setiap kelompok mempunyai pekerjaan yang berbeda. Ketika satu kelompok bertempur melawan musuh atau berburu, satu kelompok yang lain membangun sarang, dan yang lain lagi bertanggung jawab dalam kebersihan dan perbaikan sarang.”
Saat teman Umar yang mungil menjelaskan semua hal ini, ia mendengarkannya dengan terheran-heran dan kemudian bertanya kepadanya: “Apakah engkau tidak pernah merasa bosan dengan menunggu di pintu masuk sarang sepanjang waktu? Apa tugasmu di dalam sarang?”
Semut menjawab: “Saya juga seorang pekerja, dan tugas saya di sini sebagai penjaga pintu masuk. Seperti yang kau lihat, kepalaku cukup besar untuk menutup lubang pintu masuk sarang. Saya sangat bersyukur karena memiliki kemampuan ini, dan saya melaksanakan kewajiban saya dengan senang hati. Saya tak pernah merasa bosan; bahkan sebaliknya, saya merasa sangat bahagia karena dapat melindungi teman-teman saya dari ancaman bahaya.”
Dari apa yang telah disampaikan temannya yang mungil, Umar dapat dengan mudah memahami bahwa pekerjaan dalam sarang secara sempurna terbagi di antara para semut. Telah jelas bahwa kehidupan semut sangatlah teratur rapi dan seluruh semut tidak mementingkan dirinya sendiri. Kemudian Umar bertanya apakah mereka saling berkelahi di antara mereka karena sebagian merasa lebih baik atau lebih kuat dari yang lain. Teman Umar menjawab bahwa hal seperti itu tidak pernah terjadi dan menambahkan:
“Kami adalah keluarga besar, Umar. Tidak ada rasa cemburu, persaingan atau ambisi di antara kami. Kami selalu saling tolong-menolong dan melakukan yang terbaik untuk koloni kami. Segala sesuatu kami kerjakan dalam koloni dengan pengorbanan diri kami. Setiap semut senantiasa memikirkan kebaikan teman-temannya terlebih dahulu, baru kemudian dirinya sendiri. Contohnya begini: Ketika persediaan makanan dalam koloni berkurang, para semut pekerja segera merubah dirinya menjadi semut ‘pemberi makan’, dan mulai memberi makan semut-semut lainnya dengan makanan yang ada dalam perut mereka yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan. Ketika tersedia makanan yang cukup dalam koloni, mereka akan berubah kembali menjadi semut pekerja.
Saya seringkali mendengar orang-orang mengatakan bahwa terjadi persaingan di antara makhluk hidup di alam. Jangan pernah percaya pada apa yang mereka katakan. Kami tahu benar bahwa kami harus saling bekerja sama dan tolong-menolong agar dapat hidup dengan baik.”
Umar mengatakan bahwa apa yang semut katakan tentang dirinya sendiri dan koloninya adalah contoh yang sangat bagus dalam hal ini. Umar merasa sangat bahagia setelah tahu bahwa Allah menciptakan semut yang sangat tidak mementingkan diri sendiri, penolong dan penuh perhatian terhadap teman-temannya. Setelah mengatakan hal ini pada semut, Umar berniat untuk setidaknya menjadi orang yang senantiasa memikirkan kebaikan orang lain sebagaimana para semut, dan menjadi orang baik yang dicintai Allah.
Waktu masuk sekolah sudah dekat dan Umar sudah harus berada di sekolah. Umar berkata kepada temannya bahwa ia harus pergi, namun ia akan menjumpainya lagi besok.
["Kisah Sahabat Kecil Kita Si Semut" Harun Yahya]

0 komentar: