Rabu, 17 Maret 2010
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Terhadap Kualitas Belajar Matematika Siswa SMP
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas belajar matematika siswaSMPN 5 Kepanjen Malang. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Only Design (rancangan penelitian dimana sekelompok subyek tertentu di kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol). Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran metode STAD lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional sehingga dapat dikatakan bahwa, penerapan pembelajaran kooperatif model STAD mampu meningkatkan kualitas belajar siswa kelas VIII di SMPN 5 Kepanjen Malang.
Kata Kunci: Kooperatif, STAD, Kualitas Belajar Matematika
Perkembangan ilmu pengetahuan memungkinkan kita memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Pekembangan tersebut memberikan wahana yang memungkinkan matematika berkembang dengan pesat pula. Perkembangan matematika menggugah kita untuk memiliki kemampuan yang membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan bekerjasama yang efektif sehingga mampu mengahadapi segala tantangan globalisasi. Oleh karena itu, kita harus dibekali ilmu dan pengetahuan dibidang matematika dengan berbagai kemampuan yang handal, yaitu memperoleh, menganalisis dan mengolah informasi dengan cermat serta kemampuan memecahkan masalah.
Konsep matematika tergolong abstrak hal ini merupakan penyebab matematika “dipandang sulit” untuk dipahami karena, untuk memahami yang abstrak; tahap awal biasanya perlu uangkapan yang konkrit (ilustrasi). Namun kenyataan yang ada, tidak setiap konsep di matematika diikuti dengan ilustrasi konkrit. Contoh memang diberikan, namun hanya contoh tentang pembatasan konsep yang dimaksud. Dalam proses belajar banyak hal yang kita temukan pada siswa, misalnya siswa tidak dapat memunculkan/mengutarakan tentang apa yang tidak di-mengerti, siswa merasa belum siap untuk bertanya karena bingung tentang apa yang akan ditanyakan, dan siswa merasa segan untuk bertanya pada guru. Kemampuan siswa yang variatif tersebut, memang tidak dapat dipungkiri dialami oleh sebagian besar dunia pendidikan, hal tersebut dapat disebabkan inputnya yang heterogen. Kondisi yang tidak kondusif dalam proses pembelajaran tersebut, dapat merugikan proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dapat terjadi berlarut-larut jika tidak diatasi sejak dini. Untuk itu perlunya suatu desain pembelajaran yang mampu mengungkapkan tentang permasalahan siswa serta penanggulangannya.
Pada pelaksanaan pembelajaran matematika, guru hendaknya tidak ditekankan pada tujuan yang bersifat teoritis saja tetapi juga ditekankan pada proses belajar dan hasil belajar. Pemilihan pembelajaran sangat menentukan kualitas pengajaran yang merupakan proses dan hasil belajar mengajar. Kualitas pembelajaran selalu terkait dengan penggunaan metode pengajaran yang optimal, ini berarti untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi harus diorganisasikan dengan strategi yang tepat pula. (Hamalik, 2001)
Sesuai dengan cita-cita dan harapan dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa di dalam merangsang strategi pembelajaran ataupun melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah menempatkan siswa sebagai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa siswa memiliki potensi untuk berpikir sendiri, dan potensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila mereka diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Oleh karena itu pemilihan metode pembelajaran memberi peluang kepada peserta didik untuk aktif dan kreatif di dalam kegiatan pembelajaran, merupakan langkah awal yang utama menuju keberhasilan mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
Menurut Hadi (2004) suatu pembelajaran yang akhir-akhir ini menjadi perhatian besar dikalangan peneliti pendidikan matematika dan sains dalam rangka meningkatkan keaktifan yang pada akhirnya dapat mencetak sumber daya yang berkualitas adalah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Pendekatan konstruktivis dianggap lebih tepat untuk meningkatkan Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), Karena model pembelajaran konstruktivistik ini memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat di pengaruhi oleh apa yang di ketahui sebelumnya. Dan hal ini dapat merangsang rasa ingin tahu siswa, sehingga para siswa dapat menemukan dan memecahkan masalah. Melalui pendidikan konstruktivis ini siswa dapat di harapkan mengkonstruksi pengetahuan baru dari pengalaman mereka sehari-hari menurut diri mereka sendiri, karenanya peran guru di sini cenderung hanya sebagai fasilitator dari pada sebagai penyedia informasi.
Salah satu bentuk pembelajaran yang berorentasi pada pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pembelajaran kooperatif model STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja sama dalam situasi dan semangat pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membuat siswa untuk memahami konsep-konsep tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa.
Menurut Vygotsky (www.depdiknas.go.id) implikasi utama dalam pembelajaran menghendaki seting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif, dengan siswa berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif. Selain itu pembelajaran kooperatif model STAD dapat membantu siswa menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa.
Menurut Johnson ( dalam Noornia, 1997 ) Penggunaan pembelajaran kooperatif khususnya model STAD memiliki keuntungan dapat memotivasi siswa dalam berkelompok agar mereka saling membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang di sajikan, selain itu pembelajaran STAD juga dapat menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna dan menyenangkan, siswa lebih bertanggungjawab dalam proses pembelajaran, serta timbulnya sikap positif siswa dalam mempelajari materi yang di sajikan.
Dari uraian diatas, dapat dimengerti bahwa perlunya suatu model pembelajaran kooperatif model STAD terhadap peningkatan kualitas belajar matematika siswa yang berdasarkan pada kemampuan siswa yang variatif. Disini, siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang berbeda, etnis, dan jenis kelamin. Kualitas belajar siswa diharapkan dapat berkembang dengan adanya saling kerjasama dan tukar meukaer pengalaman dan pemahaman.
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas, masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 5 Kepanjen Malang?
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 5 Kepanjen Malang
Tinjauan Pustaka
Pengertian dan Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya (Slavin, 1995). Menurut Ibrahim (2000), pendekatan kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan, yakni prestasi akademik, penerimaan keanekaragaan, dan pengembangan keterampilan sosial (arrends, 1997). Diharapkan melalui kelompok yang kooperatif, rata-rata prestasi belajar siswa dapat terangkat; karena diantara siswa yang berprestasi redah dan tinggi secara bersama-sama menangani tugas yang dibebankan melalui teman kelompoknya. Pembelajaran kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari dari berbagai latar belakang dan kondisi saling ketergantungan yang positif dalam menangani tigas kelompok. Dari aspek keterampilan sosial, pembelajaran kooperatif mampu membentuk sikap dan berkolaborasi.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a) Para siswa harus memiliki persepsi mereka tenggelam atau berenang bersama.
b) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tangung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d) Para siswa di bagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.
e) Para siswa di berikan satu evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok
f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
g) Setiap siswa akan diminta mempertangungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Arends (1997) terdapat 6 langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Berikut garis besar pembelajaran kooperatif.
· Fase Persiapan : meyampaikan tujuan dan motivasi siswa
· Fase Penyajian materi : menyajikan materi atau informasi kepada siswa dengan demostrasi.
· Fase Kegiatan kelompok : mengorganisasikan siswa-siswa ke dalam kelompok belajar.
· Fase Penugasan : memberikan bimbingan kepada kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.
· Fase Tes : pemberian tes dan kelompok menyajikan hasil pekerjaannya
· Fase Penghargaan : memberikan penghargaan atas upaya maupun hasil belajar kelompok.
Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Divisions)
STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal dan teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi , sedang, dan rendah. Anggota kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui guru, kuis, satu sama lain atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan setiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi seberapa jauh skor itu melampui rata-rata skor yang lalu.
Menurut Slavin (1995). Penerapan metode STAD terdiri dari siklus pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerja sama yang diharapkan. Siklus tersebut meliputi:
· Mengajar : Menyajikan pembelajaran
· Belajar dalam kelompok : siswa bekerja dalam kelompok dengna dipandu oleh lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pelajaran bersam anggota kelompok lainnya.
· Tes : siswa mengerjakan kuis atau tugas secara individu
· Penghargaan kelompok : skor kelompok dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota kelompok.
Dengan melaksanakan hal tersebut, maka akan terjadi kegiatan belajar mengajar sesuai yang diharapkan. Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi pelajaran dan mampu menuntaskan pelajaran.
Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas belajar matematika siswa SMPN 5 Kepanjen Malang, maka penelitian ini digolongkan kedalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Sehingga rancangan penelitian yang dipilih adalah model Randomized Control Group Only Design (rancangan penelitian dimana sekelompok subyek tertentu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 5 Kepanjen Malang sebanyak 78 siswa. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan tekhnik sampling random sederhana, sehingga diperoleh kelas VIIIc sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan pembelajaran model STAD dan VIII B terpilih kelas kontrol yang pembelajarannya berbeda dengan kelas eksperimen yaitu konvensional. Sedangkan bidang studi yang menjadi obyek penelitian adalah matematika yang diajarkan pada kelas VIII semester 1 dengan pokok bahasan relasi, pemetaan, dan grafik.
Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data, yaitu dokumentasi dan tes. Dokumentasi berupa nilai raport sebelum diberikan perlakuan, hal tersebut digunakan untuk mengolah data mengenai kemamapuan awal dari siswa. Sedangkan tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Dalam penelitian ini instrumen dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) instrumen perlakuan sebagai metode pembelajaran dikelas eksperimen dan kelas kontrol (2) Instrumen prestasi belajar matematika.
Untuk menganalisis data lapangan digunakan tekhnik interobserver agreement yaitu menghitung reliabilitas dan validitas butir soal. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen digunakan uji hipotesis (uji t) satu pihak kanan. Yang menjadi variabel bebas (X) adalah belajar dengan pembelajaran kooperatif model STAD dan variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar.
Hasil dan Pembahasan
Sebelum ekskperimen dilaksanakan, dilakukan uji coba kemampuan awal untuk megetahui apakah ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan kemampuan awal mengunakan uji t pihak kanan kiri. Uji kemampuan awal ini hanya membandingkan hasil dua kelompok seagai uji asumsi bahwa keduanya memiliki kemampuan yang sama. Dalam uji beda ini, kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh hasil thitung-1,852, sehingga dapat disimpulkan kemampuan awal yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama sehingga bisa diberikan perlakuan.
Sedangkan untuk mengetahui nilai prestasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji t phak kanan. Data prestasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol secara rinci dapat disajikan dalam Tabel di bawah ini.
Levene’s test for equality of variances
t-test for equality of means
F
Sign.
t
df
Sign.
Mean diference
Std. Error diference
95% cnfidence iternal of the difference
Lower
upper
Nilai Prestasi
Equal variances assumed
3,509
,065
3,698
76
,000
11,744
3,176
5,418
18,069
Equal variances not assumed
3,698
73,020
,000
11,74
3,176
5,414
18,073
Dari tabel diatas, diperoleh hasil sebagai berikut: thitung= 3,698 dan berdasarkan tabel t dengan derajat kebebasan (dk)=39+39-2=76 diperoleh ttabel= 1,66, sehingga hipotesisnya sebagai berikut: H0 diterima jika thitungtabel dan H1 diterima jika thitung≥ttabel, dari itu diketahui thitung>ttabel pada taraf signifikan 0,05 diperoleh 3,698>1,66 maka H0 ditolak. Jadi kesimpulannya prestasi belajar matematika siswa yang di ajar pembelajaran kooperatif model STAD lebih baik dari pada siswa yang di ajar pembelajaran konvensional.
Pada perhitungan diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa pembelajaran STAD mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII SMPN 5 Kepanjen Malang, hal ini dikarenakan bahwa pembelajaran kooperatif model STAD tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota kelompok selama kegiatan. Menurut lundren (depdiknas.go.id) Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai sebagai berikut
Keterampilan Tingkat Awal
(1) Menggunakan Kesepakatan, maksudnya menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.
(2) Menghargai kontribusi, berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan orang lain. Hal ini berarti bahwa harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja dikritik yang diberikan itu ditunjukkan terhadap ide dan tidak individu.
(3) Mengambil giliran dan berbagai tugas, pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
(4) Berada dalam kelompok, mkasud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
(5) Berada dalam tugas, Artinya bahwa meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
(6) Mendorong partisipasi, artinya mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
(7) Mengundang orang lain
(8) Menyelesaikan tugas pada waktunya.
(9) Menghormati perbedaan individu
Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi ketegangan.
Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen.
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demoksari dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembetukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya
Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan seperti diatas, siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. Seluruh irama, gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Menurut Nur (2000) pendekatan keterampilan kooperatif dapat berjalan bila siswa telah memiliki keterampilan proses yang diperlukan untuk satuan pelajaran tertentu. keterampilan kooperatif tersebut telah dikembangkan dan dilaksanakan oleh peneliti di SMPN 5 Kepanjen Malang, sehingga hasil yang diperoleh pada penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Simpulan dan saran
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa SMPN 5 Kepanjen Malang yang di ajar menggunakan pembelajaran model STAD lebih baik dibandingkan dengan siswa yang di ajar dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, penerapan pembelajaran kooperatif model STAD mampu meningkatkan kualitas belajar matematika siswa kelas VIII di SMPN 5 Kepanjen Malang. Oleh karena itu, disarankan
1. Guru diharapkan mengenalkan dan melatihkan keterampilam kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut,
2. Guru perlu menambah wawasannya tentang teori belajar dan model-model pembelajaran yang inovatif.
3. Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.
Daftar Pustaka.
Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill Companies.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta.
-------------. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta.
Hadi, Saiful. 2004. Rencana Pembelajaran Ruang Mengacu Pada Pendekatan Konstruktivisme Untuk Siswa SLTP. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Ibrahim, Muslim. 2000. Pembelajaran Kooperatif.. Surabaya : Unesa University Press.
Malang: FMIPA UM
Noornia, 1997. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Motode STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pengajaran Persen di Kelas VI SD Islam Al ma’arif 02 Singosari Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Pasca Sarjana Program Studa Pendidikan IKIP Malang.
Nurhadi dkk.2004. Pembelajaran Konstektual (CTI) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Pres.
Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.
0 komentar:
Posting Komentar