Kamis, 18 Februari 2010
Komunikasi dan Self-disclosure
Dalam berkomunikasi dengan sesamanya, manusia pada dasarnya melakukan pengungkapan diri. Namun, pengungkapan diri tersebut, mungkin saja baru sampai pada sisi-sisi terluar dari dirinya. Ketika situasi komunikasi antarpribadi terbentuk dan pelaku komunikasi berkeinginan mempengaruhi jalannya komunikasi, self-disclosure berlangsung. Apalagi apabila komunikasi antarpribadi itu merupakan komunikasi di antara dua orang (dyadic) yang sudah akrab maka self-disclosure itu akan berlangsung hingga bisa tersingkapkan bagian-bagian diri yang terdalam.
Seperti sudah diungkapkan sebelumnya, self-disclosure itu bersifat timbal balik atau ada juga yang menyatakan, dalam komunikasi, self-disclosure itu bersifat simetris. Masing-masing orang yang terlibat dalam komunikasi itu akan saling menyingkapkan dirinya. Apabila saja salah satu pihak yang berkomunikasi itu tidak membuka dirinya maka self-disclosure tidak akan bisa berlangsung.
Berkaitan dengan situasi komunikasi antarpribadi yang berlangsung karena keakraban dan self-disclosure pun berlangsung karena keakraban di antara pihak-pihak yang terlibat, dengan sendirinya self-disclosure pun tak mungkin berlangsung di antara orang yang saling bermusuhan, saling mencurigai atau sedang berkonflik. Dalam situasi bermusuhan atau saling mencurigai, orang akan saling menutup diri. Begitu juga dalam situasi konflik akan bertahan pada posisinya masing-masing sehingga tidak memungkinkan terjadinya self-disclosure.
Oleh karena itu, banyak yang menggunakan pendekatan self-disclosure untuk membangun keakraban dalam kelompok atau dalam upaya mengatasi konflik. Salah satu pihak yang terlibat konflik berusaha melakukan self-disclosure dan mengajak lawan konfliknya untuk melakukan hal yang serupa. Dengan cara demikian, bisa dibangun saling percaya dan akhirnya saling membuka diri sehingga komunikasi bisa berlangsung. Terjadilah pertukaran gaul, pertukaran kata, pertukaran pikiran, dan pertukaran hati. Terbangunnya relasi yang positif di antara pihak-pihak yang terlibat menjadi dasar terbangunnya komunikasi antarpribadi yang positif pula melalui self-disclosure.
Hal penting lain yang perlu diperhatikan, self-disclosure itu tidak akan pernah terjadi begitu saja atau mendadak terjadi. Ada proses dan tahapan yang dilalui. Katakanlah mirip dengan cara kita membuka kulit bawang yang diilustrasikan melalui Gambar 3.2 di atas. Secara bertahap orang memasuki kondisi self-disclosure yang lebih mendalam. Apabila hubungan di antara orang yang berkomunikasi berlangsung stabil maka self-disclosure pun akan mengarah pada kondisi yang stabil. Perkembangan tersebut berlangsung secara bertahap.
Dengan demikian, bisa kita nyatakan self-disclosure merupakan salah satu bagian penting dalam membangun komunikasi antarpribadi. Dengan self-disclosure orang bisa saling mengokohkan keakraban dan membangun saling percaya. Keakraban dan saling percaya itu, sangat penting dalam membangun komunikasi antarpribadi yang saling mendukung dan memberikan manfaat positif bagi pihak-pihak yang berkomunikasi. Namun masalahnya, pada masyarakat modern yang kian individualistik, justru keakraban itu makin lenyap sehingga salah satu krisis yang dihadapi manusia modern adalah krisis komunikasi antarpribadi (lihat, Joseph, 1986:41). Oleh karena itu, self-disclosure yang positif diperlukan dan komunikasi antarpribadi yang memungkinkan pengembangan diri masing-masing bisa berlangsung dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar